Di tengah hiruk-pikuk ruang formal yang kadang terlalu dipenuhi jargon, sebagian anak muda memilih cara lain untuk memahami dunia berbicara santai, berdiskusi ringan, sambil menyeruput kopi di sudut kota. Mereka tidak sedang bercanda semata. Justru, dari tempat-tempat sederhana inilah lahir pertanyaan-pertanyaan besar tentang hidup, ketimpangan, dan masa depan. The Discourse merekam semangat itu sebuah cermin dari perbincangan anak muda yang reflektif dan jujur. Buku ini menunjukkan bahwa berpikir kritis tidak harus selalu tampil kaku, dan suara dari pinggiran pun layak untuk dipertimbangkan.
Identitas Buku
- Judul: The Discourse: Kritik Sosial Anak Nongkrong
- Penulis: Sidiq Hari Madya, Ferdi Arifin, dan Satria Aji Imawan
- Tahun Terbit: 2014
- Penerbit: Leisure Community LC, Yogyakarta
- Jumlah Halaman: 139 halaman
Sinopsis Singkat
Buku ini adalah kumpulan esai yang membongkar realitas sosial, politik, dan budaya Indonesia dari sudut pandang yang berbeda perspektif anak nongkrong. Bukan mereka yang duduk di ruang rapat atau seminar, melainkan mereka yang kritis di pinggiran, dengan gaya bicara yang santai dan humoris. Buku ini tidak menawarkan solusi final, tapi membongkar banyak pertanyaan tentang bagaimana sistem bekerja, bagaimana masyarakat menjalani peran-peran sosialnya, dan bagaimana kita sebagai individu menanggapi dunia yang terus berubah.
Analisi Isi Buku
Tema utama dari The Discourse adalah perlawanan dari pinggiran sebuah kritik sosial dari ruang yang tidak dianggap elit, tapi justru jujur. Penulis menyampaikan gagasan mereka tentang isu-isu seperti konsumerisme, politik moral, absurditas media, hingga kegelisahan spiritual masyarakat urban. Bahasanya khas anak muda kota ceplas-ceplos, kadang sinis, tapi tetap reflektif. Buku ini juga kuat dalam menyampaikan satire dan ironi sosial. Misalnya, saat membahas bagaimana generasi muda dibebani narasi “sukses”, tapi dalam waktu bersamaan sistem justru mempermainkan arah hidup mereka. Buku ini tidak mendalami teori sosiologi secara akademik, tapi berhasil menghadirkan argumen-argumen yang menggigit dengan logika dan pengalaman sehari-hari. Di sinilah kekuatannya menyampaikan sesuatu yang rumit dengan bahasa sederhana tanpa kehilangan daya kritisnya.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
- Gaya tulisannya segar dan relevan dengan pembaca muda.
- Kritik sosial yang tajam tapi dikemas secara humoris.
- Mengangkat perspektif alternatif yang jarang disorot dalam ruang formal.
Kekurangan:
- Tidak semua tulisan memiliki kedalaman yang sama ada yang terasa seperti opini ringan.
- Karena terlalu populer, pembaca yang menyukai pendekatan akademik mungkin merasa kurang terpenuhi.
- Beberapa bagian terlalu kontekstual dengan kultur Yogyakarta atau komunitas tertentu.
Refleksi Pribadi / Ajakan Berpikir
Buku ini memperlihatkan bahwa refleksi dan kritik sosial bisa lahir dari mana saja, termasuk dari tempat yang paling sederhana. Nongkrong bukan hanya soal bersantai bisa juga menjadi ruang berpikir, saling mendengarkan, dan berbagi kegelisahan. The Discourse membuat saya menyadari bahwa banyak hal yang tampak sepele justru menyimpan pesan yang dalam. Obrolan santai bisa menjadi cara untuk menyuarakan keresahan, mempertanyakan sesuatu yang dianggap biasa, dan perlahan menumbuhkan kesadaran baru.
Penutup
The Discourse bukan sekadar kumpulan tulisan tetapi suara dari ruang yang sering diabaikan. Buku ini menyuarakan bahwa kritik tak harus lahir dari podium atau ruang kuliah, tapi bisa tumbuh dari percakapan santai, dari keresahan sehari-hari yang kita rasakan bersama. Bagi siapa pun yang pernah merasa asing di tengah kebisingan dunia, atau bertanya-tanya tentang arah hidup di tengah tuntutan sosial yang menekan, buku ini akan terasa dekat. Layak dibaca oleh mahasiswa, pemuda, atau siapa pun yang ingin memaknai ulang arti “peduli” dan “berpikir kritis”. Kadang, pemahaman tidak datang dari teori, tapi dari keberanian untuk diam sejenak, mendengar, dan bertanya “Apakah semua ini memang harus begini?” Dan buku ini mengajak kita untuk memulai dari sana.
Narasi: Nadya Ratu Sesa
Editor: Yohana
Ilustrator:


