Meninjau SEMATA 2020 yang Telah Usai
Foto : Khairul Raziq
Oleh : Khairul Raziq
Bacaekon.com-Perhelatan Semangat Ta’aruf (SEMATA) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) 2020 telah selesai. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 21 dan 23 September 2020 berhasil dilaksanakan secara daring. Progresif, Kreatif, dan Inovatif menjadi tema yang diusung pada SEMATA tahun ini. Hal tersebut dituangkan ke dalam konsep yang diusung oleh panitia. Pada hari pertama, diadakan stadium general dan materi Student Achievement Goals. Lalu, dilanjutkan hari kedua dengan pemberian materi keaktivisan. Agenda tersebut sesuai dengan pernyataan Kifni selaku Komisi A SEMATA, “kalau dari kami sendiri, sebenarnya konsep awalnya hanya ada dua saja,” singkat Kifni.
Hal itu juga ditekankan kembali oleh Rosyid yang menduduki posisi yang sama dengan Kifni. Menurutnya ospek tahun ini tidak sebatas hanya mendengarkan materi tetapi menawarkan output yang lebih dari itu. “Di mana materi itu sebagai panduan untuk mereka membuat essay dan video yang nantinya mereka tampilkan di platform Instagram mereka,” jelas Rosyid.
Rosyid juga menambahkan konsep SEMATA 2020 tidak terpaku pada dua aktivitas yang telah disebutkan. “Tahun lalu ada kaya bikin business plan, nah jadi kita tahun ini buat rencana pembelajaran proyeksi apa yang ingin mereka lakukan,” ucapnya. Penekanan tema di atas juga dinilai Rosyid bukan hanya sekadar sebagai kata-kata. “Pertama kita menyesuaikan dengan kondisi dan berusaha menjawab tantangan selama pandemi. Bagaimana caranya membangkitkan semangat untuk bisa terus berprogresif dan berproses selama pandemi,” tuturnya.
Berbeda dengan ospek tahun sebelumnya, eksekusi lapangan pada ospek kali ini jelas dilakukan secara daring. Walaupun eksekusinya melalui platform dan media sosial lainnya. Muhammad Rayhan Alfarizi selaku Ketua Steering Committee (SC) tetap menekankan hal-hal yang bersifat esensial; sentuhan ornamen batik pada penyajian konten misalnya, dianggapnya tidak boleh terlupakan dalam pelaksanaan ospek tahun ini. Hal tersebut bertujuan untuk memperkenalkan dan membiasakan mahasiswa baru dengan budaya Yogyakarta.
Menyoal Teknis dan Eksekusi Lapangan
Bukan hanya eksekusi lapangan yang berubah, tetapi juga teknis dan sistem pengamanan pun ikut menyesuaikan kondisi. Rizki Hendrawan selaku Komisi B SEMATA 2020 menilai bahwa Divisi Keamanan harus tetap dimasukkan dan diberikan porsi pekerjaan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dinilai Rizki sebagaimana upaya agar setiap divisi tetap bekerja sesuai porsinya. “Kom. B tetap memasukkan Divisi Keamanan ya, walaupun emang banyak pertanyaan kenapa tetap ada di online,” pungkasnya sewaktu diwawancarai sebelum kegiatan.
Menjawab keraguan atas tetap diadakannya Divisi Keamanan, Rizki mengungkapkan perihal mengontrol keberlangsungan acara menjadi titik fokus dari porsi kerja Divisi Keamanan. Selain mengontrol hal di atas, dia juga menilai pengamanan platform yang digunakan ikut menjadi landasan kuat mengapa tetap diadakan. “Seakan-akan Divisi Keamanan ketika hari H itu memang dibutuhkan satu divisi yang fokus untuk kontrol dan pengamanan,” ucap Rizki.
Di samping adanya penyesuaian pada Divisi Keamanan, di SEMATA kali ini terdapat juga satu divisi baru yang menangani teknis pelaksanaan, yaitu Divisi IT. Pembagian porsi kerja yang begitu banyak untuk Divisi IT menjadi alasan diadakannya juga Divisi Keamanan. Rizki mencontohkan dalam konteks pembagian kerja. ”Ya IT sudah cukup banyak kerjanya, bagaimana mereka shooting, bagaimana mereka mengadakan platform, dan lain-lain,” singkatnya
Hal tersebut juga diakui oleh Kafka Kadhe selaku Koordinator Divisi IT. Kafka mengaku Divisi IT sudah cukup padat sewaktu hari H. “Kalau aku kemarin operator zoom, terus dua laptop aku pegang. Jadi, aku juga ikut semuanya, pekerjaannya itu jadi satu gitu,” terang Kafka. Walaupun dengan kondisi begitu, Kafka mengaku tidak mengalami kewalahan dalam melakukan pekerjaannya. Kafka juga merasa cukup terbantu dengan adanya Divisi Keamanan. Terutama dalam hal pembagian porsi kerja. “Keamanan itu kerjanya ngecekin peserta gitu loh, ada yang ganti-ganti nama atau tidak, nanti misal ada yang berulah ya baru ngabarin dan koordinasi ke aku,” tambah Kafka.
Namun, Kafka juga sedikit menyayangkan ketika sesuatu yang bukan ranah pekerjaannya harus diampu oleh dia; terkait rangkaian acara misalnya. Jujur saja dia sedikit bingung, “malah aku yang ditanyain habis ini acara apa,” sambungnya. Dia pun mengaku harus meminta salah satu pihak dari vendor untuk menjadi stage manager guna membantu untuk memandu perpindahan dari acara satu ke acara lainnya.
Akan tetapi, Kafka menilai sejauh ini SEMATA 2020 sudah cukup baik jika dibandingkan dengan ospek fakultas lain di UII. Dia memaklumi bahwa ini adalah hal yang baru, sehingga tidak terpungkiri untuk terjadi kesalahan. “Kalau menurutku ya sukses lah, kita berani live semua. Itu yang menurutku menjadi nilai plusnya,” singkatnya.
Di Balik Alokasi Dana SEMATA 2020
Selain makna dari acara, hal yang biasanya dipantau adalah penggunaan dana dalam rangkaian kegiatan. Devina Anindya selaku Komisi C memaparkan total dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan ospek daring ini sekitar Rp124 Juta. Sementara itu jatah untuk FBE UII sendiri ada di kisaran angka Rp136 Juta. Pada tahun ini dana yang didapatkan setiap mahasiswa baru FBE UII ialah sebesar Rp350.000.
Memperkuat Devina, Desri Asnita Nasution selaku Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FBE UII juga mengakui hal tersebut. “Untuk tahun ini dana per-maba ada Rp350 ribu, yang mana Rp246 ribu untuk dana proyek dan Rp104 ribu dana operasional,” ucap Desri. Desri juga menambahkan nantinya dana proyek inilah yang akan membiayai seluruh rangkaian kegiatan ospek (PESTA dan SEMATA) dan dana operasional ini dialokasikan untuk membantu kuota internet maba dalam mengikuti PESTA dan SEMATA.
Ketika ditanya terkait metode penghitungan, Desri menjelaskan sudah ada ketentuan tersendiri dalam pembagian dana kemahasiswaan. “Untuk tahun ini dari DPM sepakat memakai plafonase 31% untuk ranah universitas dan 69% untuk ranah fakultas,” ucap Desri. Perhitungan tersebut dinilai Desri tidak cukup sampai di situ, “kemudian nanti dikalikan lagi dengan rasio per mahasiswa sebesar 40% dan rasio untuk fakultas sebesar 60%,” tambahnya singkat.
Berdasarkan penghitungan tersebut Devina mengonfirmasi bahwa jatah yang diterima per mahasiswa untuk kegiatan ospek senilai kurang lebih Rp124 ribu. “Jatah dana kan Rp136 juta buat FBE, nah itu dibagi 1.100 (jumlah mahasiswa baru FBE UII),” terang Devina. Lebih lanjut dia juga menerangkan mahasiswa baru FBE UII itu tidak mendapatkan hak sepenuhnya akibat metode penghitungan tersebut. “Hak mereka dong Rp246 ribu untuk fakultas dan universitas, kalau diambil 69% berarti harusnya kurang lebih 169 ribu,” lanjutnya.
Menyambung Devina, Bella Rizqi Noor selaku staf Komisi C menilai, perhitungan itu ada baik dan buruknya jika dilihat lebih detail. “Kalau mau melihat dari sisi universitas ya baik biar tidak ada kesenjangan. Tetapi, kalau dibuat mahasiswa yang ga transparan bahwa dia tidak tahu uangnya ke mana, ya itu nggak baik, itu kan hak dia dibagikan ke fakultas lain tanpa sepengetahuan,” pungkas Bella.
Terkait hal tersebut Desri mengkonfirmasi, hal yang diutarakan dari rekan-rekan Komisi C itu tidaklah sepenuhnya benar. Dia juga menerangkan lebih jauh mengenai keberlangsungan kegiatan di fakultas lain, yang tetap menjadi prioritas bersama dari Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KM UII). “Kita juga tahu KM UII biasanya mengutamakan musyawarah mufakat. Nah, makanya plafonase ini muncul biar tidak ada kesenjangan di tiap-tiap fakultas,” tuturnya.
Berdasarkan informasi yang diberikan, alokasi dana yang paling besar kali ini ada pada pemenuhan biaya vendor yang memakan dana sekitar Rp65 Juta, lalu pengisi acara sekitar Rp15 Juta, dan konsumsi yang memakan ongkos Rp3 Juta untuk dua hari. Sumber dana di atas berasal sepenuhnya dari dana kemahasiswaan. “Kalau dana itu dari DPM atau lembaga-lembaga lainnya kalau kurang,” tutur Devina. Mengenai konsumsi, Rayhan selaku Ketua SC membenarkan adanya ongkos tersebut. “Kita juga perlu konsumsi untuk panitia yang mengontrol platform,” singkat Rayhan.
Reporter : Arul, Ikrar, Retno, Salwa, dan Utami
Editor : Retno
keren