31.2 C
Yogyakarta
Thursday, October 2, 2025
HomeBeritaJejak KampusDi Balik Semarak SEMATA 2025, Ruang Pers Justru Kian Terbatas

Di Balik Semarak SEMATA 2025, Ruang Pers Justru Kian Terbatas

Yogyakarta, 08-09 September 2025 – Semangat Ta’aruf (SEMATA) FBE UII 2025 menyambut hangat kedatangan mahasiswa baru 2025. Hari pertama dimulai dengan opening ceremony yang meriah dengan penyambutan kedatangan mahasiswa baru di Fakultas Bisnis dan Ekonomika. Agenda berikutnya dilanjutkan Focus Group Discussion (FGD), lalu diikuti dengan materi stadium general tentang kelembagaan dan ke UII an. Hari terakhir diisi dengan serangkaian kegiatan seperti stadium general tentang kepemimpinan visioner, Business Idea Competition (BIC) Presentation dan Awarding, Closing ceremony, dan ditutup dengan entertain. SEMATA 2025 mengusung tema besar membentuk karakter mahasiswa baru FBE UII dengan penguatan wawasan dan aksi guna terwujudnya generasi ekonomi visioner.

Ketua Steering Committee (SC) SEMATA 2025, Enricko Haikal mengharapkan SEMATA tahun ini dapat menjadi gerbang awal bagi mahasiswa untuk membentuk karakter baru agar menjadi ekonom visioner yang bisa merancang masa depannya. Tidak lupa, SEMATA kali juga turut menghadirkan expo lembaga untuk mengenalkan apa saja lembaga yang ada di FBE UII ini. Expo lembaga kali ini pun mengusung tema baru dengan demo-presentasi lembaga.

Dibalik meriahnya acara semata, ruang untuk mempublikasikan rangkaian acara semata oleh media yang ada di FBE UII lebih sempit dibandingkan tahun lalu. Komisi B sebagai penentu regulasi SEMATA 2025 menjelaskan alasan dibalik penyusunan regulasi liputan tahun ini yang menuai banyak tanggapan dari pers bahwa lingkupnya dipersempit.

“Secara regulasi, itu tidak diperketat, tetapi yang diperketat itu penegakan dari regulasinya, kalau belajar dari kemarin itu jelas ada yang melanggar, dan itu yang menjadikan pembelajaran bagi kami saat menegakan regulasi, secara regulasi itu sama aja kayak tahun kemarin ada yang pengalaman dan ada melanggar jadi itu yang menjadikan kami pembelajaran juga,” ungkap Komisi B saat ditemui, pada Selasa 09/09.

Melihat realita yang terjadi di lapangan, bukan penegakannya yang diperketat, tapi memang ruang liputan pers terasa semakin dipersempit oleh beberapa regulasi, antara lain adanya pembatasan waktu saat meliput. Pada saat SEMATA berlangsung, pers hanya diperbolehkan meliput di tiga waktu tertentu, yaitu pada saat opening ceremony, stadium general, dan closing ceremony. Selain itu, ada juga regulasi pembuatan konten yang mengharuskan untuk screening brief konten terlebih dahulu, serta pembatasan interaksi langsung dengan mahasiswa baru. Salah satu perwakilan pers dari student staff (identitas disembunyikan) mengaku bahwa waktu dibolehkannya meliput hanya pada tiga sesi dinilai sangat mempersempit ruang pers. Delegasi pers tersebut mengaku bahwa regulasi tersebut tidak efisien dengan tujuan liputan yang justru membatasi pers untuk membuat konten di luar sesi tersebut. “Menurut saya peraturan tersebut tidak terlalu efisien dengan tujuannya itu sendiri, dan menurut saya itu malah mempersulit proses karena kita harus izin dan lain-lain sementara konten yang dibuat juga pasti dalam hal positif. Hal ini juga mempersulit pers karena mendapatkan izin Komisi B cukup lama, ditambah dengan adanya pembatasan waktu sehingga konten ataupun liputan itu sendiri tidak maksimal. Seingat saya regulasi tahun lalu tidak seperti itu.”

Ia juga menambahkan kalau pembatasan sesi liputan membuat pers kesulitan dalam pembuatan konten, “Bagaimana kita membuat liputan dan konten dengan baik jika pembatasan waktu liputan sangat dibatasi. Contohnya, pada Day 1 kita hanya diberi waktu sampai 10.30 yang mana itu tidak bisa melihat secara keseluruhan kegiatan SEMATA dan kesulitan dalam pembuatan konten karena dibatasi juga kontak dengan maba, dengan dalih akan mengganggu mobilitas, Saya setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi mungkin harusnya panitia juga bisa menyiapkan waktu dimana pers dapat bebas melakukan liputan atau pembuatan konten dengan leluasa tanpa adanya tekanan.”

Lalu soal perbedaan regulasi tahun lalu dengan tahun ini. Staff Creative Media Accounting saat diwawancarai mengaku ada perbedaan soal kebebasan saat meliput di SEMATA kali ini.

“Perbedaannya jauh sekali, pers tahun lalu malah bebas meliput kapanpun, karena pers membantu sebagai publikasi, tidak hanya melalui media SEMATA, tapi lewat all role semua media yang ada di FBE UII. Apalagi kita diamanahi langsung dari prodi, dari kampus, kita bahkan ga punya konten untuk meningkatkan engagement nama dari prodi tersebut, jadi kita terhambat. tapi karena peraturannya begitu kita menghormati apa yang sudah dibuat,” ungkap Creative Media Accounting.

Perwakilan student staff lainnya juga menanggapi hal serupa terkait adanya sesi pembatasan liputan “Terlalu berlebihan walaupun itu bentuk mitigasi, apalagi dalam liputan banyak yang bisa di eksplore tentunya untuk membuat konten. Sedangkan pas SEMATA kemarin bener-bener terbatas. Terkait konten juga dibatasi, harus menyerahkan tentang brief karena takutnya ada opini yang bisa menggiring miring citra baik SEMATA.”

Terkait screening brief konten, perwakilan pers (identitas staff disembunyikan) menilai ini sebagai mitigasi yang agak berlebihan. Perwakilan Staff Creative Media Accounting pun menanggapi hal serupa, “Sebenarnya itu gapapa, tapi namanya kita di bawah nama kampus tentunya kita yang diamanahi dari prodi langsung dan sebagai pers kita juga ada regulasi untuk membuat konten. Jadi seharusnya di screening tidak perlu, karena kita juga maunya buat konten yang berfaedah yang seharusnya memang wajar dan bisa dipublikasi ke publik, ga asal-asalan dipublikasikan begitu. Mungkin menurut Kom B kita ga berkompeten untuk meliput, jadi kita dibuat trust issue dengan adanya media yang dipublikasikan.”

Hal ini sejalan dengan tanggapan dari perwakilan pers juga, ia menanggapi “Sama dengan regulasi izin pengambilan konten, screening juga sebetulnya cukup membingungkan terkait urgensinya untuk apa? Tidak menyulitkan tetapi hanya bertanya terkait untuk apa screening konten padahal instansi saya sendiri sudah memiliki regulasi dan ketentuan konten yang baik.”
Terkait dengan beberapa hal yang dikeluhkan oleh perwakilan pers, Kom B menyanggah bahwa adanya pembatasan tersebut guna untuk menghindari gangguan dan tidak kondusifnya acara SEMATA 2025, saat diwawancarai Kom B menjelaskan “Jadi kalau langsung itu regulasi untuk seluruh pers karena pers itu tidak hanya satu, ada banyak pers, apabila diperbolehkan langsung berinteraksi dengan maba-miba kita nggak tau apakah nanti akan kondusif atau tidak karena nanti pasti bakal di rebut diambil maba-mibanya tanpa ada konfirmasi ke waljam, terus nanti tiba tiba waljamnya nyariin kita takutnya take kontennya justru malah mencemarkan nama baik SEMATA, itu sih yang paling ditakutkan, jadi tidak diperbolehkan berinteraksi langsung itu bukan berarti larangan. Tetapi juga kami bantu ada solusinya larangan itu, bukan hanya sekedar melarang. Kami (Kom B) bantu arahkan langsung ke waljam, pers membutuhkan anak jamaah dari jurusan apa atau kami bantu mencari jamaah yang aktif.”

Lalu, Ia juga memaparkan beberapa alasan saat ditanya terkait rasionalisasi mengapa hanya diperbolehkan untuk meliput di tiga waktu yang menuntut fokus penuh para peserta kepada pemateri maupun jalannya acara,“Pertama kenapa tidak semua sesi karena jelas fungsi PDD itu tadi apa, dan kenapa memilih 3 waktu itu, karena merupakan acara utama, jadi itu alasan utama kenapa 3 waktu itu doang, dan bukan berarti mata acara lain tidak menarik tetapi itulah yang paling menarik menurut kami,” jelasnya. Dengan ini, Ia menekankan bahwa mereka sudah memiliki panitia yang bertugas untuk mendokumentasikan setiap rangkaian acara SEMATA 2025.

Di balik semarak dan kesuksesan penyelenggaraan SEMATA 2025, regulasi liputan justru menimbulkan kekecewaan dan catatan tersendiri bagi pers. Pembatasan waktu liputan yang hanya diperbolehkan pada tiga sesi utama, kewajiban screening brief konten, serta larangan berinteraksi langsung dengan mahasiswa baru membuat ruang gerak pers terasa semakin sempit. Jika tahun lalu pers masih diberi keleluasaan untuk meliput berbagai rangkaian acara, tahun ini sebagian besar perwakilan pers menilai adanya perbedaan yang signifikan. Meski Komisi B menegaskan regulasi ini demi menjaga kondusifitas acara, banyak pihak dari pers mengaku kecewa karena keterbatasan tersebut dinilai menghambat tujuan utama mereka dalam mendukung publikasi dan dokumentasi kegiatan.

Narasi : Yohana
Editor : Fayyaza Aquila Regina
Ilustrator :

TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
LPM Ekonomika FBE UII

Terpopuler