Tujutiga Kopi, Ngopling Sembari Ngopi
Foto : Ikrar Aruming Wilujeng
Narasi : Ikrar Aruming Wilujeng
Bacaekon.com-Berjalan sekitar 300 meter dari Tugu Yogyakarta ke arah Jalan Malioboro, kita akan menemui sebuah kedai kopi yang unik di sebelah kiri jalan, berbeda dengan konsep bisnis kopi pada umumnya. Tujutiga Kopi menjalankan bisnisnya pada sebuah motor vespa yang diberi tambahan box. Di atas vespa itulah, proses meracik kopinya dilakukan. Bertempat di Jalan Mangkubumi Utara, Tujutiga Kopi buka setiap hari mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB (kalau tidak hujan).
Tujutiga Kopi lahir dari siasat Dimas Ronggo menghadapi kekurangan modal ketika ingin memulai bisnis kopi. “Dulu pengen buka tempat kopi tapi dananya sedikit, terus sewa ruko juga harganya nggak masuk, terus kepikiran pakai vespa yang dipunya,” ucapnya. Ide memulai bisnis menggunakan vespa merupakan sesuatu yang brilian. Di tengah maraknya bisnis kopi yang mulai menjual estetika tempat, tentu akan membutuhkan modal yang besar agar dapat ikut bersaing. Namun Tujutiga Kopi membuka jalannya sendiri dengan menciptakan konsep yang tidak kalah menjualnya.
Dimas menuangkan kecintaannya pada vespa, kopi, dan musik di Tujutiga Kopi. Awalnya ia memiliki mesin grinder yang digunakan untuk menyeduh kopi bagi dirinya sendiri dan teman-temannya. Di samping itu ia juga melakukan berbagai eksperimen dengan kopi di kontrakannya. Lalu muncul ide untuk menuangkan hobinya pada sebuah bisnis.
Orientasi Dimas ketika memulai Tujutiga Kopi tidak melulu tentang cuan. “Ya ngalir dulu aja, yang penting aku seneng sik. Soalnya gini, kalo kita lakuinnya seneng dulu, lama-lama ya datang sendiri (cuannya),” ujarnya. Ia begitu totalitas mengurus Tujutiga Kopi sebagai sebuah kedai yang unik dan sederhana. Buku menunya pun dituliskan dalam sebuah DVD kaset. Tempat operasional yang dipilih juga inklusif dengan lingkungan sekitarnya.
Tidak melulu menjual konsep, kopi racikan Dimas juga tidak kalah menjualnya. Dengan harga yang relatif terjangkau kita bisa menikmati secangkir kopi dengan rasa yang otentik dan enak. Menu yang disajikan Tujutiga Kopi juga menyesuaikan selera pasar. Mulai dari espresso based, kopi susu, hingga alternatif non-kopi lainnya. Terlebih tempatnya ada di Jalan Mangkubumi Utara, menikmati suasana malam hari Jogja dengan menyeduh kopi di Tujutiga merupakan sebuah pilihan terbaik!
Menggunakan media vespa memiliki hambatan yang tidak dapat terelakkan, yaitu cuaca. Jika cuaca hujan, space Tujutiga semakin sempit sebab harus mengamankan diri dari hujan. Selain itu ketika hujan jam operasionalnya juga ikut menyesuaikan. Kamu dapat melihat informasi jam bukanya di Instagram, tujutigakopi. Pun ketika vespanya mogok, ia terpaksa tidak membuka kedainya. Tetapi keduanya bukan hambatan yang berarti, dan Dimas bisa segera menyesuaikan diri dengan baik. Sejauh ini, selain membuka kedainya di Jalan Mangkubumi Utara, Tujutiga Kopi kerap mengikuti beragam event. Seperti event komunitas vespa, event kampus, dan sebagainya.
Menginjak tahun ke-3 bisnisnya, Tujutiga Kopi masih bertahan dengan konsep dan cita-cita yang ingin dibangun sejak awal. Dimas pun belum memiliki rencana memindahkan bisnisnya pada sebuah ruko. “Aku takut kalo pindah ruko identitasnya jadi hilang gitu, lho. Mungkin kalau buka di suatu tempat namanya 73 House, kelihatannya oke, ya?” tanya Dimas.
Kesenangan diri merupakan nilai yang lebih penting daripada materi. Ide-ide kreatif dan inovatif tetap bisa dikembangkan di tengah banyaknya keterbatasan. Dan ambisi Tujutiga Kopi telah membuktikannya.
Editor : Salwa Nida’ul Mufidah