Berita Ekonomi

Menjelajah Perjalanan Brand Clothing dalam Merambah Digital Marketing

Foto : M. Raihan

Narasi : M. Raihan & M. Iqbal Khoiruddin

Bacaekon.com-Fashion menjadi salah satu komoditi yang tidak dapat dipisahkan dengan anak muda. Bagi anak muda fashion adalah hal yang wajib diperhatikan dalam setiap penampilan. Inovasi seputar tren fashion di Indonesia pada masa kini banyak bermunculan. Tak hanya brand dari luar negeri saja, namun brand lokal Indonesia pun mulai menunjukkan eksistensinya.

Clothing sendiri memiliki istilah yang artinya perusahaan pembuat kaos. Istilah lengkapnya adalah perusahaan yang membuat pakaian berupa kaos di bawah produksi dengan merk sendiri. Berdirinya perusahaan clothing dimulai pada tahun 1996 ditandai dengan berdirinya 347 boadrider.co yang sekarang lebih dikenal 347/eat. Semakin hari makin banyak bermunculan brand-brand baru. Persaingan antar brand pun semakin kuat demi mendapatkan pelanggan. Berbagai strategi pun dilakukan agar bisnis dapat berlanjut. 

Perkembangan teknologi pun berpengaruh dalam proses bisnis sebuah usaha. Metode pemasaran sebuah produk pun turut berubah mengikuti era, saat ini dikenal dengan istilah digital marketing. Digital marketing menurut Purwana (2017) merupakan aktivitas mempromosikan dan mencarikan pasar melalui media digital secara online dengan menggunakan berbagai sarana seperti jejaring sosial.

Banyak pebisnis khususnya para pebisnis brand lokal yang memanfaatkan platform digital untuk memudahkan dan mengembangkan usahanya agar lebih luas dan diketahui oleh masyarakat. Menurut Istyakara Muslichah, dosen di Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, pemasaran digital itu mudah untuk dimonitor dan dievaluasi dari segi produsen. Perusahaan banyak mengalokasikan aktivitas pemasaran pada platform digital karena lebih efektif dan efisien dalam menyasar targeted consumer, serta dapat diatur secara customized berdasar latar belakang masing-masing konsumen. 

“Mengapa konsumen banyak yang menyukai pemasaran digital karena adanya pergeseran media? Saat ini sebagian besar konsumen mengandalkan gawai seperti telepon genggam dan laptop dalam mengakses informasi, tidak terkecuali ketika mereka berada dalam proses pembelian,” tutur Istyakara.

Survive Clothing, salah satu brand lokal di Jambi, pun sudah memanfaatkan digital marketing untuk membantu meningkatkan value-nya. Iqbal, Owner Survive Clothing, mengatakan bahwa digital marketing sangat membantu untuk meningkatkan value usaha dalam memberikan inovasi agar mampu bersaing dengan brand lain.

“Sekarang kan lagi era pandemi lebih menekankan di media sosial dengan membuat konten-konten yang menarik agar masyarakat tahu bahwa kita ini hadir dengan konsep dan karakteristik yang ditawarkan pada pasar,” tutur sang owner. 

Iqbal menambahkan, “Untuk saat ini targetnya anak muda tapi tidak menutup kemungkinan kedepannya bakal berinovasi lagi, bisa jadi nanti kita bikin yang gimik-gimik unik yang bisa digunakan kalangan umum.”

Analisis pasar tentunya juga diperlukan agar produk dapat diterima oleh konsumen. “Always start from the market/consumers! Cari tahu ada problem apa di mereka dan mulai merancang solusi apa yang tepat untuk ditawarkan kepada mereka,” tutur Istyakara. Survive Clothing sendiri punya cara tersendiri dalam menganalisis pasar di era pandemi ini, yakni dengan menggali tren pasar yang berkembang. 

Suatu usaha, apalagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing tergantung dengan levelnya. Istyakara mencontohkan pada perusahaan yang ingin menawarkan value tertentu: seperti barang berkualitas tinggi memiliki kelemahan pada harga yang ditawarkan. 

“Sehingga kadang ketika value tersebut dapat direalisasikan pada pakaian yang diproduksi, tidak jarang harga yang ditawarkan menjadi tinggi jika dibandingkan dengan kualitas yang sebanding namun dari perusahaan yang lebih besar,” tambah Istyakara. 

Istyakara menilai komunitas perusahaan fashion di Indonesia cukup solid sehingga dapat memunculkan peluang inovasi seperti kolaborasi antar merek atau bahkan dengan public figure seperti artis atau influencer

“Kalau untuk kelemahan saat ini, kita tidak bisa terjun langsung. Jadi kita tidak bisa melihat langsung bagaimana style anak muda saat ini. Sehingga kita harus mencoba inovasi-inovasi yang menarik supaya bisa diterima di pasar. Sedangkan untuk kelebihannya sendiri, ya mungkin kita kerja akan menjadi lebih simple,” ujar Iqbal.

Reporter: Raihan dan Iqbal *Penulis adalah magang LPM Ekonomika

Reporter: Raihan dan Iqbal

Editor: Retno Puspito Sari

649 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *