Berita

Menilik Peran dan Tantangan Pemuda dalam Pusaran Politik

Foto: Amellya Candra

Narasi: Nur’ Alif Nafilah

Bacaekon.com-Dewasa ini, tidak jarang banyak orang yang mempertanyakan keberadaan pemuda dalam dunia politik, keterlibatan dalam membangun politik menjadi lebih baik. Hal ini menjadi salah satu topik dalam webinar hari kedua Leadership Camp 2021 pada Sabtu, 9 Oktober 2021 yang digelar LPM Ekonomika bersama Kemahasiswaan UII. Dibuka dengan diskusi yang berjudul Pemuda Dalam Pusaran Politik bersama narasumber Dara Nasution sebagai politisi muda.

Pembahasan isu anak muda Indonesia seringkali disangkut pautkan hanya sebatas pada keterlibatannya dalam dunia bisnis maupun dunia hiburan. Namun ternyata isu anak muda tidak sebatas itu, dalam diskusi ini memaparkan bahwa anak muda Indonesia sekarang sudah tampil dan memperlihatkan keterlibatannya dalam dunia politik.

Keberadaannya menjadi peran penting untuk menjamin semua kepentingan tersalurkan dengan baik kepada semua kalangan dan mencerminkannya keterwakilan dari berbagai golongan. Selain itu, Dara Nasution juga menambahkan bahwa keterlibatan anak muda dalam politik juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan kebijakan publik yang didalamnya seharusnya ada perspektif dari anak muda.

Keterlibatan anak muda dalam pusaran politik tidak terlepas dari tantangan yang harus dihadapinya. Adanya anggapan masyarakat yang memandang kepemimpinan dan kepengurusan pemerintahan hanya pantas dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua atau dewasa yang dianggap banyak memiliki pengalaman. Hal itulah yang membuat para pemuda merasa kesulitan dalam memberikan kontribusi yang lebih besar dan menyalurkan kepentingan secara lebih luas.

Selain itu, adanya batasan usia dalam sebuah kepemimpinan seperti 25 tahun untuk kepala daerah, 30 tahun untuk gubernur, dan presiden 40 tahun. Sementara untuk mencalonkan sebagai perwakilan di DPR RI hanya 21 tahun. Ketentuan batas usia ini tentu menjadi salah satu hambatan bagi anak muda, terutama bagi pemuda yang ingin tampil menjadi kepala daerah. Karena ketentuan ini anak muda tidak bisa lebih cepat untuk tampil di hadapan masyarakat sebagai seseorang yang dapat mewakilkan suaranya.

Ketentuan batas usia ini dibuat dengan asumsi bahwa pada usia tertentu seseorang dianggap telah mencapai kedewasaan dalam memimpin daerah dan sanggup menerima tugas dengan tanggung jawab yang tinggi. “Tapi aneh juga ketika kita 25 tahun belum dianggap bisa ngurusin sebuah kota tapi kita dianggap bisa ngurusin 10 kota/kabupaten di dapil kita dengan menjadi anggota DPR RI. Jadi ada ketidakkonsistenan dalam aturan ini,” ujar Dara.

Dara menambahkan untuk mengukur kedewasaan seseorang dalam memimpin tidak bisa diukur dengan kegenapan usia calon pemimpin hingga sesuai dengan syarat batas usia. Misalnya saja, dalam persyaratan untuk calon pemimpin kota yang harus berumur 30 tahun. Seseorang yang umurnya kurang beberapa hari untuk genap menjadi 30 tahun dengan calon yang baru 30 tahun itu tidak bisa diukur kemampuan dalam kepemimpinannya.

Karena keputusan dalam batasan usia kepemimpinan ada pada DPR maka anak muda yang di DPR pun diharapkan dapat mempertimbangkan kembali mengenai ketentuan batasan usia. Sehingga peran anak muda dalam politik dapat terlihat tidak hanya didalam DPR tetapi bisa dengan menjadi pemimpin daerah. Hal ini akan membantu anak muda untuk showcase kemampuan lebih banyak tanpa terikat dengan label fraksi.

Dalam lingkup DPR tantangan lain yang dihadapi anak muda untuk tampil dalam dunia politik adalah proses penerimaan yang masih melihat pada background atau koneksi yang dimiliki dengan tokoh politik sebelumnya. “Agak ironis juga melihat bahwa pada akhirnya yang bisa menembus batas itu gitu, ya masih merupakan politisi muda yang juga memiliki keterikatan dengan kekuatan politik lama, dan ini tentu satu hal yang harus menjadi perhatian dan catatan kita bersama,” ujar Dara.

Selain itu, kepemilikan kekayaan pun menjadi pertimbangan untuk benar-benar terpilih sebagai perwakilan. Karena untuk terjun dalam dunia politik seseorang tentu saja akan mengeluarkan biaya politik yang digunakan untuk kampanye. Hal itu yang menjadi alasan mengapa anak muda yang akhirnya terpilih adalah anak muda yang memiliki financial resource yang baik.

Tantangan inilah yang membuat keterlibatan anak muda dalam dunia politik menjadi terbatas. Terlepas dari itu, keterlibatan anak muda untuk tampil memberikan pemikiran-pemikiran kritis dalam mengoreksi kebijakan maupun membuat kebijakan menjadi hal yang membuktikan bahwa adanya peran anak muda dalam pusaran politik.

Reporter: Nur’ Alif Nafilah

Editor: Retno Puspito Sari

 

1211 Total Views 3 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *