Berita Ekonomi

Melihat Dampak Investasi, Proyek, dan Utang Luar Negeri terhadap Kemiskinan Indonesia Tahun 2010-2020

Foto : Mohammad Abinaya H.

Narasi : Magang Bidang Riset dan Pengembangan Pustaka*

Bacaekon.com-Ikhwal pengentasan kemiskinan menjadi masalah yang pelik bagi setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Angka kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin tahun 2019 tercatat sebesar 24,74 juta jiwa. Kemiskinan lebih banyak didominasi penduduk pedesaan dibandingkan perkotaan. Pada tahun 2019, penduduk miskin di perdesaan tercatat sebanyak 14,43 juta jiwa, sedangkan di perkotaan sebesar 9,86 juta jiwa. 

Berdasarkan data BPS, indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan menurut provinsi tahun 2015-2019 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun tetap saja, angka tersebut masih berada pada tingkat yang tinggi. Indeks keparahan kemiskinan adalah kondisi yang memaparkan pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilainya, semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran. 

Menurut Bank Dunia, kemiskinan terjadi ketika seseorang tidak mampu memenuhi standar hidup yang telah diklasifikasikan, yaitu standar hidup minimum mengacu pada ketidakberuntungan atau kekurangan (deprivation). Kemiskinan dikaitkan dengan minimnya pendapatan dan kepemilikan harta, kelemahan fisik, isolasi, kerentanan, serta ketidakmampuan. Berdasarkan pengertiannya, kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua: kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. 

Kemiskinan absolut dikaitkan dengan asumsi tingkat pendapatan serta kebutuhan yang dibatasi oleh kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar minimum yang memberikan jaminan hidup layak. Kemiskinan relatif melibatkan aspek ketimpangan sosial, sebab beberapa orang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya walaupun masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya. 

Upaya menanggulangi kemiskinan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu cara pemenuhan dana tersebut adalah dengan investasi. Menurut Tarigan (2021), peningkatan investasi dapat mengurangi jumlah penduduk miskin. Hal ini sejalan dengan pendapat Pratama et al (2017), bahwa investasi berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan biaya atau pengeluaran seorang investor atau perusahaan untuk membeli barang modal atau perlengkapan produksi dan meningkatkan kemampuan perekonomian untuk menghasilkan barang atau jasa. 

Peranan Investasi dalam Pengentasan Kemiskinan

Dalam perekonomian, kegiatan investasi memiliki tiga peran penting. Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya permintaan agregat dan pendapatan nasional. Kemudian, peningkatan barang modal terkait investasi akan menyebabkan peningkatan produksi nasional serta lapangan kerja. 

Investasi selalu mengikuti kemajuan teknologi. Perkembangan tersebut memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas sosial dan pendapatan per kapita untuk memenuhi permintaan barang dan jasa.

Sebuah proyek juga dapat disebut sebagai bentuk investasi tertentu yang mengarah pada kegunaan, ukuran yang tepat, lokasi yang jelas, serta mengenalkan pada hal baru dengan tujuan adanya pembangunan yang lebih kompleks. 

Proyek-proyek pembangunan berperan dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini dikarenakan proyek kerjasama akan memberikan tambahan devisa yang dibutuhkan untuk mendanai program pengentasan kemiskinan, seperti pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur.

Hubungan Utang Luar Negeri dengan Kemiskinan

Indonesia memiliki utang luar negeri karena kekurangan dana untuk pembangunan internal. Ini berarti bahwa tabungan internal tidak dapat menutupi semua biaya pengembangan. Utang luar negeri juga memainkan peran penting dalam memerangi kemiskinan. Utang luar negeri memberikan dana tambahan yang dibutuhkan untuk mendanai program pengentasan kemiskinan seperti infrastruktur, pendidikan, program pembiayaan langsung tunai, dan lain sebagainya.

Utang luar negeri merupakan pinjaman yang diperoleh pemerintah dari negara lain dan harus dibayar kembali dengan bunga serta persyaratan tertentu. Setelah melalui analisis dari penelitian  Fadhillah A, Arintoko K.(2021) yang berjudul Dampak Investasi, Proyek, dan Utang Luar Negeri terhadap Kemiskinan Indonesia Tahun 2010-2020, didapatkan nilai probabilitas utang luar negeri sebesar 0,4685. Hasil tersebut menunjukkan bahwa utang luar negeri sebenarnya tidak berdampak signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia pada tahun 2010-2020. 

Utang luar negeri tidak terbukti mampu menurunkan kemiskinan di Indonesia secara signifikan. Data dari Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Kementerian Ketenagakerjaan (2018) jumlah tenaga kerja asing di Indonesia sendiri mencapai 95.335 pekerja. Bukannya menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat, malah banyak tenaga asing seperti dari negara Singapura, Korea Selatan, China, dan India yang dipekerjakan.

Dampak Investasi Amerika Serikat, Belanda, China, dan Jepang terhadap Kemiskinan Indonesia Tahun 2010-2020

Penelitian ini menunjukkan investasi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. Sementara itu berdasarkan data BPS, total nilai investasi pada tahun 2010-2020 adalah sebesar US$62.307,3 juta yang mana US$27.911 juta berasal dari Jepang, US$15.124 juta berasal dari China, US$11.649 juta berasal dari Amerika Serikat, dan US$7.623 juta berasal dari Belanda. Jika diimplikasikan, 1 persen dari US$62.307,3 juta adalah sebesar US$623,07 juta, angka tersebut dapat menurunkan kemiskinan sebesar 32.019 penduduk.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sukirno (2006) bahwa kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Menurut Atmadja (2000), dalam  jangka pendek utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia seperti pembayaran bunga semakin besar, inflasi, dan nilai tukar rupiah.

Utang luar negeri Indonesia akan meningkat drastis dalam hitungan rupiah bila suatu saat terjadi krisis ekonomi. Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru guna membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.

APBN RI merupakan sumber dana untuk membayar seluruh utang luar negeri dan bunganya. Yang mana pembayarnya dilakukan dengan mencicil tiap tahun anggaran. Akibatnya terjadi penurunan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat. Hal ini tentunya akan membebani masyarakat di masa mendatang, khususnya bagi para wajib pajak.

Angka 60% merupakan batas aman rasio utang luar negeri terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Sejak era reformasi tahun 1998 hingga sekarang, rasio terhadap PDB  masih dalam batas aman yaitu sebesar 28,1% senilai dengan US$340,543 miliar atau sekitar Rp3.825,79 triliun. Kendati demikian, di era reformasi juga utang pemerintah sempat melampaui batas sepanjang sejarah  yakni  88,7%  pada tahun 2000 dengan nominal sebesar Rp1.232,8 triliun. Kabar baiknya, seiring berjalannya waktu tren rasio utang pemerintah terus mengalami penurunan. Hingga saat ini tidak lagi mencapai separuh dari batas aman yang telah ditetapkan dalam UU Keuangan Negara. 

Dampak Projek Amerika Serikat, Belanda, China, dan Jepang terhadap Kemiskinan Indonesia Tahun 2010- 2020

Penelitian ini juga memaparkan bahwa proyek berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. Sementara itu berdasarkan data BPS, total nilai proyek pada tahun 2010-2020 adalah sebesar US$80.666,49 juta yang mana US$37.229,37 juta berasal dari Jepang, US$20.916,85 juta berasal dari China, US$14.817,78 juta berasal dari Belanda, dan US$7.702,49 juta berasal dari Amerika Serikat. Jika diimplikasikan, satu persen dari US$80.666,49 juta adalah sebesar US$806,66 juta. Angka tersebut dapat menurunkan kemiskinan sebesar 26.395 penduduk.

Semakin besar jumlah proyek yang dilakukan maka sarana dan prasarana infrastruktur akan meningkat, kapasitas produksi semakin tinggi karena proses distribusi barang dan jasa yang lancar. Akibatnya pendapatan di masa mendatang semakin meningkat. Jika pendapatan masyarakat meningkat maka angka kemiskinan pun berkurang.

Beberapa proyek kerja sama: 

  1. Indonesia bekerja sama dengan Jepang dalam pembangunan fasilitas tenaga pembangkit listrik 11.000 megawatt, peningkatan produktivitas pertanian dengan perluasan area irigasi seluas 370.000 hektar, dan 60% dari pembangunan jalur lintas Sumatera yang panjang totalnya 2.500 Km. Pembangunan jalan ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi di selain pulau Jawa.
  2. Indonesia bekerja sama dengan China dan Jepang dalam bidang transportasi yaitu kereta bawah tanah pertama Indonesia; dalam hal ini masih pada tahap perencanaan. Selain itu Jepang telah mendukung proyek kereta api di wilayah metropolitan Jakarta sejak tahun 1980-an dan kereta bawah tanah (MRT: Mass Rapid Transit) pertama di Indonesia.

Kesimpulan

Dalam penelitian ini, pengaruh investasi dan proyek Amerika, Jepang, dan Cina berdampak positif terhadap penurunan kemiskinan di Indonesia. Sedangkan utang luar negeri Amerika Serikat, Jepang, dan Cina berpengaruh buruk terhadap kestabilan ekonomi. Saran yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat adalah meningkatkan proyek dan investasi dengan negara mitra.  komunikasi yang baik dengan masyarakat kawasan industri juga penting agar tidak terjadi konflik. 

Utang luar negeri sebaiknya diprioritaskan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia juga perlu menjaga kestabilan inflasi, nilai tukar, infrastruktur yang mumpuni, dan keamanan negara. Pembenahan iklim investasi seperti kestabilan ekonomi, politik, keamanan dalam negeri dan memperbaiki sarana prasarana untuk menarik investor asing.

Pemerintah Indonesia telah membangun kerjasama dengan Uni Emirat Arab tentang pengembangan energi berkelanjutan, membagi visi tentang ekonomi hijau sebagai transformasi ketahan energi berkelanjutan. Diharapkan penanaman investasi, proyek, dan kerjasama dengan negara lain dapat menyerap tenaga kerja Indonesia sehingga pendapatan rakyat Indonesia meningkat. Dengan begitu, kesejahteraan dapat terwujud.

*Magang Bidang RPP yang terlibat dalam pembuatan artikel ini adalah:

  1. Arifah Ratnasari
  2. Fardan Satrio
  3. Rifa Husniyyah
  4. Sekar Anggraeni
  5. Wira Anantama Putra 

Editor : Ikrar Aruming Wilujeng

Referensi

Fadhillah A, Arintoko K. (2021). Dampak Investasi, Proyek, dan Utang Luar Negeri terhadap Kemiskinan Indonesia Tahun 2010-2020. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 12 (1), Mei 2021, 1-10.

1100 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *