Hepatitis Akut, Tetap Waspada Jangan Takut
Foto: Nadia Alya Nur F.
Narasi: Mujahid Hamzah K.
Bacaekon – Awal bulan April telah ditemukan 10 kasus hepatitis akut di Inggris Raya dan sekitarnya. Kasus hepatitis ini menyebar begitu cepat dan dalam kurun waktu 1 bulan saja sudah ada di berbagai negara. Tercatat hingga awal Mei sudah ada 228 kasus di 20 negara yang berbeda. Pasien yang terserang hepatitis ini adalah anak-anak di bawah 16 tahun dan yang paling banyak terkena adalah di bawah 5 tahun. Hingga saat ini masih belum diketahui penyebab pasti dari hepatitis akut ini.
Dilansir dari cnnindonesia.com, hepatitis ini menjadi misterius karena berbeda dengan hepatitis sebelumnya yang sudah ada. Hasil dari tes laboratorium tidak ditemukan kecocokan dengan hepatitis A,B,C,D, dan E. Walaupun tidak ditemukan kecocokan, gejala yang dialami sama seperti hepatitis pada umumnya. Seperti urine yang berwarna gelap, feses yang pucat, mual, muntah, penurunan kesadaran, dsb.
Menyerang Anak-Anak
Menurut dokter Bherbudi Wicaksono yang kerap disapa dokter Oni dari Ilmu Kesehatan Anak, faktor mengapa hepatitis ini menyerang kepada anak-anak masih belum diketahui. Hal ini dikarenakan penyebab utama dari hepatitis ini masih belum ditemukan, sehingga masih belum bisa ditarik kesimpulan. Masih belum diketahui juga apakah hepatitis ini bisa menular ke orang dewasa.
“Kita juga belum tahu. Jadi kenapa menyerangnya ke anak-anak? Kenapa di bawah 16 tahun? Kita belum tahu karena kita belum menemukan zat yang spesifik secara pasti. Kita belum tahu penyebabnya apakah toxin, apakah adenovirus, apakah ini covid, apakah virus lain, ini kita belum tahu. Memang masih benar-benar random,” terangnya.
Untuk saat ini tahap pertama yang sedang dilakukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah melakukan screening. Screening dilakukan dengan melihat gejala-gejala untuk diambil sampel datanya. Dengan sampel-sampel tersebut akan dicari persamaannya apa saja. Dari persamaan inilah dapat diketahui penyebab utamanya.
“Jadi yang dilihat gejalanya dulu, kalau ada gejala mengarah ke hepatitis, kuning, lemah, letih, lesu, mual, muntah maka itu kita kategorikan ke dalam screening. Dari screening yang ada di seluruh dunia akan dicari (zat) apa yang sama. Nanti kalau sudah ketemu akan ketahuan penyebabnya apa,” ujar dokter Oni.
Dokter Oni menambahkan bahwa sampai saat ini kasus yang ditemukan memang hanya anak-anak. Jika sampai tertular ke orang dewasa yang dikhawatirkan adalah penularan yang lebih cepat. Dikarenakan mobilitas orang dewasa yang keliling kesana kemari ditakutkan persebarannya akan begitu masif. “Karena dewasa kan keliling-keliling, kalo anak kan relatif di rumah. Khawatirnya yang awalnya di eropa, muncul di jepang, lalu muncul di asia tenggara. Ini yang dikhawatirkan jangan-jangan penularannya gampang,” ucapnya.
Bahaya dan Penularan
Pada 15 April 2022, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan secara resmi kasus hepatitis akut misterius ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Indonesia sendiri pada 1 Mei kemarin, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mempublikasikan Surat Edaran HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya. Di dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa ada 2 virus yang terdeteksi pada hepatitis akut. Ditemukan SARS-CoV-2 dan adenovirus. Adenovirus terdeteksi lebih banyak dengan 74 kasus.
Adenovirus sendiri menjadi yang sering disebut-sebut saat dikaitkan dengan hepatitis ini. Dokter Oni menjelaskan bahwa adenovirus ini sebenarnya penyakit musiman di Inggris dan Skotlandia. Dan memang biasanya meningkat pada Januari sampai April. Jadi adenovirus yang ditemukan di hepatitis bisa saja hanya menumpang, dalam artian bukan penyebab utama. Namun, Oni menegaskan bahwa hipotesa-hipotesanya masih luas sekali. Masih ada kemungkinan apapun itu.
Dilansir dari tempo.co, penularan hepatitis akut ini adalah melalui saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Dokter Oni menambahkan bahwa 2 cara penularan tersebut jika tidak dibatasi maka ada kemungkinan pandemi terulang dengan hepatitis ini sebagai penyakitnya. Namun, karena sudah terbiasa melaksanakan protokol kesehatan, persebaran tersebut kemungkinan bisa diperlambat. “Alhamdulillah kita sudah terlatih 2 tahun ini. Untuk pencegahan saluran nafas jadi menggunakan masker terus. Untuk saluran cerna kita sudah terbiasa untuk cuci tangan. Sehingga mungkin itu yang sedikit mengerem (penyebaran),” ujarnya.
Kekhawatiran Masyarakat
Walaupun begitu masyarakat sendiri merasa was-was terhadap kasus hepatitis ini. Apalagi setelah ada 3 pasien anak yang meninggal diduga karena hepatitis misterius, seperti yang dijelaskan kemenkes lewat kemkes.co.id.
Yani, seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak umur 8 tahun mengungkapkan rasa was-was tersebut. Dia khawatir terhadap kasus hepatitis ini mengingat anaknya sudah melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Yang ditakutkan adalah ancaman penyebaran hepatitis ini seperti Covid-19 dulu di awal-awal. “Kemarin baca tentang ini (Hepatitis). Ya jadi was-was aja. Apalagi anak saya kan juga sudah PTM ini sekolahnya. Takut aja kalo jadi kayak corona dulu,” kata Yani.
Dokter Oni memberikan pesan untuk jangan terlalu panik, selalu pahami kondisi agar tidak salah langkah. Juga selalu menyiapkan pencegahan, karena pencegahan terbaik adalah mencegah penyebabnya masuk ke dalam tubuh. Hal itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan dengan mengobati. “Untuk saat ini yang perlu kita lakukan adalah jangan panik, jangan over, tapi tetap waspada. Dalam artian kalau ada keluhan terutama untuk saluran cerna atau saluran nafas, tetap diobati terlebih dahulu, jangan dibiarkan. Dan juga tetap jaga protokol,” pungkasnya.
Reporter: Khalid
Editor: Salwa Nida’ul Mufidah