DAPOER TEMPO DOELOE
(Foto : wisataindonesiaraya.com)
Oleh: Ulfa Fajria Ayub
Bacaekon.com-Rekomendasi. Menuju arah utara, melewati pusat pemerintah daerah kabupaten Sleman dapat ditemukan beragam tempat wisata budaya dengan berbagai jenis tema yang diangkat. Salah satunya dengan ciri khas yang unik dan masih jarang ditemui, ialah Museum Dapur Tradisional (Pawon). Tempat ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner tradisional khususnya masakan khas tradisional jawa. Lokasinya tepat terletak di dalam kawasan desa wisata Kembangarum, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dimulai dengan mengikuti kepadatan lalu lintas Jalan Magelang ke arah utara. Belok kanan ketika ditemukan pertigaan yang menuju arah Turi pada kilometer 11. Kita tinggalkan sejenak hiruk pikuk debu jalanan menuju kawasan yang lebih asri. Nikmati perjalanannya! Apabila mulai dijumpai kebun salak pondoh di kanan kiri jalan, berarti tak akan lama lagi kita akan sampai. Pelankan laju kendaraanmu hingga menemukan sepasang gapura desa wisata Kembangarum. Meskipun jalan sempit, berkelok, serta berbelok tak usahlah takut apabila tersesat. Tanda jalan akan memandu sepanjang perjalanan kita. Sekitar 100 meter dari petunjuk terakhir dapat ditemui kawasan bangunan berasitektur Jawa tempo dulu yang digunakan sebagai homestay. Kita naiki beberapa anak tangga, di depan mata akan langsung terlihat sebuah bangunan museum sederhana ditandai dengan beberapa caping yang terletak pada dindingnya.
Bangunan museum berupa sepetak rumah yang cukup besar yang difungsikan sebagai dapur tempo dulu. Museum ini didirikan pada tahun 2011 yang berfungsi menyimpan 180 alat masak tradisional. Sebagian besar peralatan terbuat dari bambu seperti tampah, parut, wakul dan lain sebagainya. “Kalau alat-alat sedang dipinjam ke Gunung Kidul, ada 180 peralatan tradisional yang diperagakan untuk pameran pertunjukan tumpeng,” ujar Heri Kustrianto selaku pencetus museum.
Melewati pintu kayu berwarna coklat yang berimpitan, dorong keduanya dengan perlahan. Dapat ditemukan suasana dapur tempo dulu yang mengajak kita untuk menjelajahi keunikannya di masa silam. Tengoklah ke dalam! Tiang-tiang hitam penyangga kokoh berdiri menopang bangunan antik ini. Lantai yang hanya dilapisi semen menandakan kesederhanaan pada zamannya. Serta sinar matahari yang malu-malu mengintip dari balik gedheg (dinding bambu).
Di sudut barat laut terdapat pogok, tempat untuk meletakkan kayu bakar, yang letaknya menempel di dinding bata Pawon. Pada bagian bawah terdapat dua buah tungku yang digunakan untuk memasak. Disertai dengan sepotong bambu tiup untuk menciptakan percikan api. Digunakan dengan cara meniup bara menyala yang ada di dalam tungku untuk menghidupkan si api. Sedangkan di ujung selatan terdapat kursi yang terbuat dari bambu untuk melepas penat setelah beraktivitas di Pawon.
“Saya ingin membuat sesuatu yang baru dan ada tantangannya, apalagi mengenai warga yang mungkin ada yang tidak setuju serta kepeduliannya,” imbuh dosen Akademi Pariwisata Yogyakarta ini. Hal tersebut yang menjadi alasan utama didirikannya museum berarsitekturkan Jawa tempo dulu tersebut.
Tak hanya dipajang sebagai hiasan semata, pengunjung juga bisa belajar menggunakan alat memasak tradisional untuk mengolah masakan khas Jawa serta peragaan cara makan tempo dulu. Museum ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar tetap mengingat makanan asli Indonesia dan cara membuatnya.