DAMPAK PEMBOIKOTAN PRODUK PRO ISRAEL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Ilustrasi: Hanan Afif Wirawan
Narasi: Lu’lu Atsna Nurfuadda & Charissa Putri Hanifah
Bacaekon – Berawal dari serangan balasan yang dilakukan Israel (7/10) sebagai respon awal terhadap serangan Hamas yang berjuang dengan memulai perlawanan demi kemerdekaan negaranya, konflik kedua negara tersebut diperpanas dengan isu yang digaungkan oleh Israel. Pihak Israel berkoar bahwa Palestina melakukan penyerangan secara brutal kepada warga sipil mereka. Dari momentum inilah semakin terlihat keberpihakan dari beberapa golongan dan instansi terhadap Israel. Di Indonesia sendiri tidak dapat dipungkiri jika ada banyak produk turunan yang diduga berafiliasi dengan Zionis tersebut. Salah satu instansi yang telah lama menjadi perhatian publik adalah perusahaan Unilever yang merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang FMCG (fast moving consumer goods).
Dilansir dari Serambinews.com, pada tahun 2021 saat peristiwa perusahaan Ben & Jerry’s yang memutuskan berhenti menjual es krimnya di wilayah Israel. Kejadian ini menimbulkan spekulasi bahwa perusahaan tersebut berniat menghormati Palestina, namun hal tersebut dibantah oleh CEO Unilever yang mengatakan mereka tetap berkomitmen untuk terus melakukan bisnisnya di Israel. Dalam hal ini PT Unilever Indonesia juga terdampak atas kejadian tersebut, pasalnya seperti yang diketahui, mayoritas masyarakat indonesia menggunakan produk dari PT Unilever, dimana perusahaan ini memproduksi makanan, minuman, pembersih dan perawatan tubuh.
Namun semenjak kembali memanasnya perseteruan antara Palestina dan Israel, saham perusahaan yang berlambang huruf U ini mengalami tekanan. Sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, salah satu langkah yang ramai diserukan masyarakat Indonesia adalah aksi pemboikotan terhadap produk-produk pro Israel. Mengingat sejumlah produk pro Israel yang meluap di pasaran lokal Indonesia, tak sedikitpun masyarakat Indonesia yang gencar menyuarakan pemboikotan ini. Gerakan boycott, divestment, and sanctions (BDS) menjadikan Unilever menjadi salah satu perusahaan yang diserukan untuk diboikot sebab memiliki banyak cerita yang menunjukkan sifat mendukung penjajahan Israel terhadap Palestina.
Disamping itu, perlu diketahui pemboikotan ini memiliki pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia, tidak hanya investasi melainkan juga terhadap para pengusaha terutama para penggiat UMKM. Dampaknya terhadap UMKM memang tidak serta merta secara signifikan meningkatkan peralihan konsumtif para konsumen dari produk pro Israel ke produk lokal dikarenakan adanya gap kualitas. Permainan pasar dagang ini juga bersaing dengan produk luar lain yang tak kalah bagus dengan produk pro Israel.
Dikutip dari Republika.co.id, berdasarkan pernyataan ketua asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny, diketahui aksi pemboikotan belum berpengaruh banyak terhadap usaha mikro kecil menengah. Hal ini bukan berarti menutup kemungkinan peluang yang lebih besar dari sebelumnya bagi produk UMKM, justru pemboikotan menjadi pintu kesempatan membuka ladang usaha baru bagi masyarakat yang ingin membangun dan/atau mengembangkan usaha mereka sendiri, serta menjadi lapangan kerja baru bagi mereka yang ter-PHK atau belum memiliki pekerjaan.
Dilansir dari Republika.co.id, Kementerian Koperasi dan UKM menegaskan jika produk UMKM mudah beradaptasi dengan kondisi apapun. Dari situ dapat dipahami bahwa pelaku usaha UMKM hanya perlu meningkatkan kualitas produk mereka dengan lebih memperhatikan bahan baku, pengolahan, maupun packaging-nya, sehingga menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.
Editor: Alifia Kusumaningtyas & Nur’Alif Nafilah