SIMPOSIUM NASIONAL: MEMBANGUN PERSATUAN ISLAM DI INDONESIA
Oleh: Rafani Adhyapaka Shafira
Bacaekon.com-Kampus. Universitas Islam Indonesia (UII) untuk pertama kalinya menggelar Simposium Nasional, “Kontribusi Umat Islam Terhadap Persatuan Indonesia”. Acara yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan (BP) yang bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) UII ini, bertempat di Gedung Prof. Dr. Sardjito kampus terpadu UII, pada Sabtu lalu (30/07/2016). Menghadirkan Prof. Dr. Abdul Karim, M.A., Syaikh Mustafa Mas’ud, Ph.D, serta Prof. Dr. Abdul Munir Mulkham, SU, sebagai pembicara dalam acara yang bertajuk, Mendefinisikan Ulang Rumusan Persatuan Umat Islam Di Indonesia.
“Simposium ini baru pertama kali. Jika responnya positif, maka tahun depan akan kami adakan lagi,” ujar Joko Sulistyo, selaku ketua panitia penyelenggara dari BP UII. Sementara acara ini mampu menghadirkan peserta yang hampir memenuhi target dari berbagai kota di Indonesia. “Target kami 200 orang, namun yang hadir sekitar 150-an lebih lah mbak,” ujarnya lagi, saat ditemui oleh Tim Ekonomika di ruang transit pembicara.
Seperti diungkapkan oleh Joko Sulistyo, UII juga mulai mencemaskan masalah persatuan Islam di Indonesia dan permasalahannya yang tidak kunjung reda. Joko Sulistyo menambahkan, “Acara ini bukan untuk mengisi Milad UII mbak. Nah, yang kita tahu di UII ini banyak pemahaman satu sama lain dengan Islam memang cukup tinggi namun jika dihadapkan dengan posisi yang sama, agak sulit untuk kerja sama. Makanya, sebagian kita (tim BP dan DPPAI-red) berinisiatif untuk menyelenggarakan simposium, atau apa yang mungkin bisa menyatukan perbedaan-perbedaan itu.”
Mendefinisikan Ulang Rumusan Umat Islam Di Indonesia, inilah yang menjadi acuan UII untuk menyatukan berbagai pemahaman yang ada di dalamnya. “Dasarnya dari UII, jadi kalau kita mau lihat Islam dan Indonesia itu, lihatlah UII,” tambah Joko Sulistyo sembari mengambil handphone-nya dari saku.
Sementara melalui pemaparan Abdul Karim, dalam simposium kali ini ia berpendapat bahwa cita-cita persatuan bangsa Indonesia dilandaskan pada tiga hal yang termasuk ke dalam refleksi historis tentang persatuan Islam. Pertama ialah masuknya Islam di Indonesia. Kedua ialah Islam dan kebangkitan nasional. Terakhir adalah “Penghapusan 7 kata” dalam Piagam Jakarta. Lain halnya dengan Abdul Munir Mulkham, ia mengartikan persatuan Islam di Indonesia dapat dilihat dari sejarah Islam sendiri dengan menghargai keyakinan orang lain akan pemahamannya, seperti contoh dari gerakan-gerakan yang dianut oleh masyarakat Indonesia, jangan sampai terpecah belah.
Berdasarkan rumusan simposium yang telah disampaikan, Joko Sulistyo juga sependapat dengan mereka. “Bersatu mulai dari sekarang. Perbedaan itu sunatullah, tidak bisa disatukan. Segera disadari aja, kemudian kita bersatu untuk Islam yang lebih baik. Konteksnya lagi di Indonesia, terlebih lagi di UII. Jadi di UII pokoknya gak usah ribut, bersatu padu saja.”
Salah satu peran aktif UII dalam menjembatani berbagai pemahaman islam yang ada di dalamnya ialah mengunggulkan UII kedepannya.- “UII itu kalau dalam konteks akademis, ya kita harus ada program yang memang mengunggulkan bahwa kita concern. Nah, concern kan tingkatannya berbeda, dari tau, kemudian sadar, hingga dapat melakukan sesuatu. Harapannya UII mampu menjadi pemimpin,” jelas Joko Sulistyo.
Joko Sulistyo pun berpesan “Anda sebagai generasi muda mari berpikir Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah-red). Masa depan untuk semua muslim. Kembali pada visi UII, visi rahmatan lil ‘alamin sendiri, untuk mengambil prakarsa menurut kalian, salah gak papa,” tutup Joko Sulistyo.
Reporter: Rafani Adhyapaka Shafira, Dina Artika